Akhir-akhir ini banyak
pemuda-pemudi yang mendadak nasionalis. Di twitter, di facebook, di BBM, di path sampai di instakeram (nge
instagram sampai otak keram). Nasionalisme dadakan itu dimulai dengan melihat
TL twitter atau facebook yang sudah ramai dengan pemberitaan bahwa hari itu
adalah hari mengenang mantan yang raib
diambil om-om. Ya anggap saja begitu lah ya. Jadi, si om om itu cuman nyodorin seperangkat
alat berkendara beserta gadget tingkat dewa, eh si pacar secara ajaib bak
semprani menempel di si om om. *KOK JADI BAHAS OM OM GINIH!
Kejadian mendadak
nasionalis ini sebenernya baik-baik aja, mengingat menjadi seorang nasionalis
di zaman jomblonalis ini agak sedikit susah. Sekarang coba tes aja
pemuda-pemudi secara random, pasti mereka lebih hatam tentang kasus Vicky Prasetyo,
lebih kritis terhadap kasus Nazar dan Musdalifah, lebih tau jadwal mungut mantu
Raffi Ahmad dan Nagita Slavina daripada tau siapa itu Ki Hajar Dewantara. *KOK
GW JUGA APAL YANG BEGITUAN YA!!
Rasa nasionalisme yang
dituliskan dalam beberapa kata kayak : “Selamat Hari Pahlawan!! MERDEKA!!” aja
udah cukup membuat kita merasa menghargai & bangga sama pahlawan. Tapi
rasanya kalau ucapan ga sejalan sama perbuatan kayak mengeringkan basah di
kolam jamban. Rasanya percuma bikin status “MERDEKA” tapi sering bikin bangsa “MERANA”
. Paginya nulis “Aku cinta Indonesia”,
malemnya bikin status “Kalau TIMNAS INDONESIA kalah, gue pindah ke malaysia!”.
Gak apa-apa disebut
mendadak nasionalis, gak perlu masalah dibilang sok idealis, asalkan realistis,
asalkan ucapan sejalan perbuatan, asalkan konsisten dengan apa yang telah
diucapkan dan dijalankan niscaya jangankan gebetan yang di rebut om minta
balik, Dian Sastro pun bakal rela jadian sama lo.
No comments:
Post a Comment